NEGARA +62 RAJIN BEROPINI, TUMPUL BERLITERASI,
MEMBUNCIT OPINI TANPA ISI
Kita suka berpendapat, suka berkomentar,suka memberi suara atas respon suatu kejadian. Tapi kita sering lupa mengenai apakah komentar kita membangun, apakah komentar kita berdasarkan fakta, atau bisa jadi komentar kita hanya mengikuti situasi kondisi yg sedang booming.hal hal tersebut sering kita lupakan.
Kalian pasti sudah sering mendengar bahwa BUKU adalah jendela dunia, investasi ilmu itu penting, wawasan luas itu bisa membawa kita menuju kesuksesan dan lain sebagainya. But not every person mau untuk melakukan hal tersebut.
Tapi harus diakui penyakit negara +62 sampai saat ini ada pada permasalahan LITERASI, why i can say like that?, gini berdasarkan data statistik UNESCO bahwa presentase minat baca negara indonesia hanya berkisar 0,001%, itu artinya sekitar 1 dari 1000 orang. Ini jumlah yang sangat sedikit.
Dari penyakit yang sudah kian membuncit, mendorong kita semakin menjadi terpuruk. Kita beradu opini, seolah baku hantam tapi tanpa ada benang merahnya. Kita saling attack tanpa peluru yang dasyat. Hal terkecil yang sering kita temui sampai saat ini adalah, saya bingung mengapa setiap pemerintah mengeluarkan suatu aturan baru, masyarakat kita lebih sering repost hal hal yang baru mereka lihat atau sedang viral viralnya. Padahal harusnya kalau mau ikut repost atau beropini apalagi melalui sosial media, yang tentu bisa dilihat oleh masyarakat umum. Kita harus membawa opini yg memang jelas dasar dan rumusannya, karena ini permasalahan kompleks banget, kalau kita salah maka orang yang membaca atau melihat komen kita juga bisa ikut salah.
Adalagi masalah yang sebenarnya dilandasi karena kurangnya membaca, gini sempat ada demo mengapa aktivitas pasar sementara diliburkan, kenapa kok ujian nasional ditiadakan, kenapa kok UTBK hanya TPS saja, kenapa kok begini kok begitu. Intinya sering bertanya terus membuat opini seolah benar, setelah membuat opini lanjut pada tahap membentuk kubu pro, setelah itu sama sama menceritakan pemikiran yang masih pada tahap sangat dasar. Sadar gak sih, kita kaya gitu malah bikin perpecahan dalam negara, kita kaya gitu seolah merasa benar dengan opini yang mentahan.
Kawan kawan, sebenarnya kalau kita mau membudayakan literasi kita gak akan termasuk oleh repost orang yang viral dan belum tentu nyata, kalau kita budayakan literasi pasti kita mau mencari sumber terpercaya baru bersuara. Karena dengan kita memiliki sumber terpercaya dan mencerna semuanya terlebih dahulu, saya yakin tidak akan ada baku hantam di kolom komentar sosial media. Kalaupun ada komentar isi nya pasti membangun atau kalau koreksi ya pasti benar benar mengoreksi bukan malah mencaci maki.
Budaya baca sudah sangat tipis di negara kita, opini tanpa isi sudah semakin membuncit di negara +62, lantas kedepannya mau seperti apa wajah bangsa kita?. Mau hidup baku hantam?, hidup tanpa kedamaian?,hidup dilandasi kebodohan?. Saya yakin kalian merasakan ketakutan yang sama seperti yang saya rasakan, kalian takut negara kita terbelakang, kalian takut negara kita banjir dengan lautan kebodohan. Maka ini tugas kita sebagai generasi muda yang jadi tombak utama untuk mengibarkan kebiasaan membaca, membaca tidak mesti buku tapi bisa membaca berita melalui android kalian, saya yakin kalian punya android, saya juga yakin kalian punya instagram,Tiktok dll tapi saya tidak menjamin. semua menyimpan aplikasi kanal berita. Atau minimal memaksimalkan membaca di google. Kita terlalu sibuk berkecimung di dunia sosial ( sosmed) tapi kita lupa akan jendela dunia di handphone kita(google).mulai sekarang coba luangkan waktu kita beberapa menit dalam sehari untuk membaca info mengenai dunia, anggap saja investasi wawasan kita. Karena dengan kita memiliki banyak wawasan itu akan semakin asik ketika berdiskusi, semakin mengash ketajaman berpikir, semakin menumpulkan opini tanpa isi.
Jangan terlalu asik mendemonstrasikan kebodohan, karena sesungguhnya bodoh itu bukan garisan tuhan, tapi itu semua atas niatan dan keinginan pribadi dalam mengambil keputusan.
Ingat, Jiwa Millennial selalu berkomentar dengan sikap membangun ConversionConversion EmoticonEmoticon