
Hot cold empathy gap itu sendiri keadaan bedanya
frekuensi suatu emosi dalam diri kita. Hot cold empathy gap juga terbagi atas
dua situasi yaitu hot stage (keadaan irasional dimana kita sulit
berpikir jernih atas apapun tindakan kita) for example saat kita patah
hati nih pasti deh yang kebanyakan orang gini " sedih, pengen
sendiri, murung, males makan bahkan kita juga suka berpikir bahwa sahabat kita
gak ngertiin apa yang kita rasain" itu adalah perasaan atau pemikiran hot
stage dimana kita sulit untuk menjadi manusia normal pada keadaan seperti itu.
Begitupun ada cold stage (keadaan berpikir rasional,semuanya dipikirkan
dengan akal sehat,dewasa,menimbang segala sesuatu intinya dengan normal aja
gitu).
Kedua situasi ini gak akan bisa saling paham dan
sangat sulit kita membayangkan diri kita berada dalam kesedihan itu seperti apa
jika kita sedang dalam cold stage. Jadi teori kali ini sebenernya masih
berhubungan dengan masalah victim blaming,rapet culture, toxic
positivity. Karena gini ya kita kan tahu ada hot stage ada juga cold
stage ini dua hal dengan frekuensi yang berbeda gak bisa kita meremehkan atau
menganggap mudah masalah yang teman kita alami hanya karena kita sedang berada
di cold stage.
Jadi aku kadang suka agak bingung ya kenapa bisa orang
lain menganggap enteng permasalahan orang dan beranggapan bahwa dirinya kuat
kalau misalkan akan ditempa dengan masalah yang sama. Contohnya saat ada temen
yang abis putus cinta kalau kata anak zaman sekarang itu GALAU kenapa
kita sebagai pendengar suka ngomong gini "udah move on aja,lupain aja
cari yang lain banyak kok yang lebih baik dari dia". oke i understand
what you mean tujuannya untuk menenangkan tapi sebenarnya itu agak kurang tepat
karena si orang GALAU gak akan jadi semangat dengan kata kata itu, si orang
GALAU akan lebih senang jika di dengarkan. Ya begitulah normal nya hidup selalu
saja ada perbedaan frekuensi antar manusia. Dan lebih parahnya kita suka
nyinyirin orang yang lagi galau dengan komentar seperti ini " kalau
aku jadi dia mending belajar deh dari pada nangis,kalau aku jadi dia ya mending
lupain aja gak penting dll" well semua itu terlalu sombong karena
mereka yang ngomong gitu pasti sedang dalam keadaan cold stage tapi kalau
mereka hot stage bisa gak tuh masih sama argumennya, ya yakin lah aku kalau
namanya hati gak ada yang sekuat baja mau itu laki laki atau perempuan pasti
kok pernah sedih dengan berbagai sebab tentunya, aku yang dianggap kuat sama
temen temen aku pernah nangis juga kok saat dimana apa yang aku impikan atau
aku harapkan itu gagal dan saat aku hot stage susah banget buat rasional
padahal dalam kehidupan sehari hari sering banget aku membuat motivasi untuk
hidup aku.
Jadi pesannya untuk teman teman kita jangan pernah
atau kurangi menyombongkan diri apalagi di hadapan orang yang sedang tersakiti.
Karena ada pepatah nih kaya gini " jangan pernah membuat keputusan
ketika sedang marah dan jangan pernah membuat janji ketika sedang
senang"(Ali bin Abi Tholib). Jadi dari kutipan itu kita harus
belajar untuk hidup lebih rasional lagi karena gak semua hal akan terlihat
ringan dan gak semua hal akan terlihat sulit. Kita sebagai anak muda
sering MOODY artinya berubah emosi dalam rentan waktu singkat jadi
kita wajib banget untuk bisa kontrol semua itu, untuk bisa memposisikan
semuanya dan mengolahnya dengan serapi mungkin. Karena hot cold empathy gap
ini sering banget kita alami dalam kehidupan sehari hari, jadi udah wajib banget
kita bisa menguasai emosi kita agar menjadi manusia yang lebih normal dan
membaik terus kedepannya. let's try this, being an adult is a very positive
and natural thing when in the process we often find it difficult to change
attitudes that have become a habit in our society.
Ingat, Jiwa Millennial selalu berkomentar dengan sikap membangun ConversionConversion EmoticonEmoticon